UJI NILAI PROPAGUL JAMUR ARBUSKULA MIKORIZA INDIGENOUS TANAH HUTAN CANGAR DAN HUBUNGANNYA DENGAN C-ORGANIK, P TOTAL DAN P TERSEDIA TANAH

PROPAGULE VALUE TEST OF INDIGENOUS ARBUSCULAR MYCORRHIZAL FUNGUS IN CANGAR FOREST AND ITS RELATIONSHIP WITH C-ORGANIC, TOTAL P, AND SOIL AVAILABLE P

Authors

  • Syamsul Huda Harisul Muslimin Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
  • Muhammad Akhid Syib’li Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
  • Antok Wahyu Sektiono Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

DOI:

https://doi.org/10.21776/ub.jurnalhpt.2023.011.1.5

Keywords:

hutan cangar, kimia tanah, nilai propagul, vesikular arbuskular mikoriza

Abstract

Hutan Cangar termasuk salah satu hutan yang ada di Indonesia yang memiliki banyak makro serta mikroorganisme yang hidup di dalamnya, salah satunya yaitu mikoriza. Mikoriza termasuk golongan jamur yang mampu berasosiasi dengan perakaran tanaman yang ada di hutan. Salah satu jenis mikoriza yaitu Vesikular Arbuskular Mikoriza (VAM). Dalam menginfeksi tanaman, VAM menggunakan propagul yang terdiri dari spora mikoriza itu sendiri, tanah yang terinfestasi dan akar yang terinfeksi oleh mikoriza. VAM berperan dalam siklus karbon karena mampu mengambil karbon dari tanaman untuk bertahan hidup serta mempengaruhi ketersediaan unsur P di tanah karena membantu tanaman menyerap unsur P dari tanah. Penelitian yang dilakukan meliputi pengambilan sampel tanah, penanaman tanaman kenikir, pewarnaan akar dan perhitungan nilai MPN. Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai propagul jamur arbuskula mikoriza sebesar 12.961,897 propagul per gram dan berpengaruh terhadap kandungan C-Organik yang tinggi, P total sedang dan P tersedia tinggi. Tingginya nilai C-Organik ini dapat dipengaruhi karena mikoriza mengambil karbon dari tanaman untuk bertahan hidup dan sebagian karbonnya dialirkan ke tanah untuk membantu mikroba dalam mendekomposisi bahan organik yang mana akan menghasilkan karbon di tanah. Sedangkan tingginya kandungan P tersedia dapat disebabkan karena mikoriza mampu merubah kandungan P dari kondisi tidak tersedia menjadi tersedia dengan bantuan enzim fosfatase.

References

Arifin, S., Hartono, A., Murtilaksono, K., Anwar, S., Sunarti, & Kuzyakov, K. (2017). Hubungan karbon organik terlarut dengan sifat tanah pada toposekuen di Taman Nasional Bukit Duabelas. J. Il. Tan. Lingk., 19(2), 51-59. http://dx.doi.org/10.29244/jitl.19.2.51-59.

Balai Penelitian Tanah. (2009). Analisis kimia tanah, tanaman, air, dan pupuk. Bogor: Badan penelitian dan pengembangan pertanian. Agro Inovasi.

Bashar, K., Dismawati, Sartika, Annisa, N., & Yuniar. (2019). Upaya penegakan hukum terhadap tindak kecurangan pemilu serentak tahun 2019 di Kelurahan Pandang Kota Makassar. Jurnal Penelitian dan Penalaran, 6 (2), 126-136.

Basri, A. H. H. (2018). Kajian peranan mikoriza dalam bidang pertanian. Agrica Ekstensia, 12 (2), 74-78.

Buneibas, L., Zebua, L. I., & Sufaati, S. (2014). Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) yang terdapat pada Pandanus di kawasan hutan pembelajaran kampus FMIPA UNCEN Waena, Kota Jayapura. Prosiding Seminar Nasional Biologi Indonesia. ISBN: 978-602-7905-38-2.

Charisma, A. M., Rahayu, Y. S., & Isnawati. (2012). Pengaruh kombinasi kompos Trichoderma dan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill) pada media tanam tanah kapur. LenteraBio, 1 (3), 111-116.

Douds, D. D., Pfeffer, P. E., & Shachar-Hill, Y. (2000). Carbon partitioning, cost and metabolism of arbuscular mycorrhizae. In dd douds, y kapulnik, eds. Arbuscular Mycorrhizas Physiology and Function. Dordrecht, The Netherlands: Kluwer Academic Publishers, 107–130. https://doi.org/10.1007/978-94-0170776-3_6.

Godbold, D. L. (2004). Tree Physiology / Mycorrhizae. Encyclopedia of Forest Sciences, 1633-1639.

Google Earth. (2022). URL : https://earth. google.com/web/@-7.74062591,112. 53531042,1627. 02734372a,287.225 1552d,35y,-0h,0t,0r. Diakses pada Tanggal 15 April 2022.

Graham, J. H. (2000). Assessing costs of arbuscular mycorrhizal symbiosis in agroecosystems. In gk podila, dd douds jr, eds, current advances in mycorrhizae research. American Phytopathological Society Press, St, 127–140.

Hidayat, C. (2012). Metabolisme karbon dalam simbiosis fungi mikoriza arbuskula. CEFARS : Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. 4(1), 24-35.

Hifnalisa, Asmarlaili, S., Sabrina, T., & Nisa, T. C. (2018). Infektivitas fungi mikoriza arbuskular dan kemampuannya meningkatkan kadar p daun bibit kopi arabika di andisol. Banda Aceh: Prosiding Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI) 2018 Universitas Syiah Kuala, 342-347.

Hodge, A., & Fitter, A. H., (2010). Substantial nitrogen acquisition by arbuscular mycorrhizal fungi from organic material has implications for N cycling. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America,107, 13754–13759.

Imron, M., Suryanti, & Sulandari, S. (2015). Peranan jamur mikoriza arbuskular terhadap perkembangan penyakit daun keriting kuning cabai. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 19 (2), 94-98. https://doi.org/10.22146/jpti.17251

Indriani, N. P., Mansyur, Susilawati, I., & Khairani, L. (2006). Pengaruh pemberian bahan organik, mikoriza, dan batuan fosfat terhadap produksi, serapan fosfor pada tanaman kudzu tropika (Pueraria phaseoloides Benth). Jurnal Ilmu Ternak, 6(2), 158-162.

Jamil, A. H., & Syamsiyah, F. (2018). Infeksi mikoriza vesikular arbuskular pada tanaman tembakau di beberapa daerah pengembangan di Jawa Timur. Seminar Nasional Biologi “Inovasi Penelitian dan Pembelajaran Biologi II (IP2B II) 2018”.

Khotimah, K. (2016). Peningkatan ketersediaan fosfor dalam tanah akibat penambahan abu sekam padi dan analisisnya secara potensiomentri. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Jember.

Klug, K. & Cumming, J. (2009). Organic acid exudation by mycorrhizal Andropogon virginicus L. (broomsedge) roots in response to aluminum. Soil Biol. Biochem, 41, 367-373.

Kurnia, Gusmiaty, & Larekeng, S. H. (2019). Identifikasi dan karakterisasi mikoriza pada tegakan nyatoh (Palaquium sp.). Jurnal Perennial, 15(1), 51-57. DOI: 10.24259/PERENNIAL.V15I1.6850.

Lapanjang, I. (2019). Keberadaan mikoriza arbuskular pada lokasi pertanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) di Lembah Palu. Jurnal Sains Teknologi dan Lingkungan, 5(1), 32-41. https://doi.org/10.29303/jstl.v5i1.104.

Lata, K., Sharma, T. K., & Dassani, S. (2020). Isolation of mycorrhizal spores from in and around Babina Forest, Jhansi (U.P.) India. International Journal of Current Advanced Research, 9(2), 21387-21391.

Menteri Pertanian Republik Indonesia. (2019). Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor 261/kpts/sr.310/ m/4/2019 tentang persyaratan teknis minimal pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah.

Natalia, N., Riniarti, M., & Rini, M. V. (2016). Eksplorasi fungi mikoriza arbuskula (FMA) di hutan pendidikan mangrove UNILA Desa Margasari, Kabupaten Lampung Timur. Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan, 185-196.

Nurhayati. (2019). Perbanyakan mikoriza dengan metode kultur pot. Wahana Inovasi, 8(1), 8-13.

Nurmasyitah, Syafruddin, & Sayuthi, M. (2013). Pengaruh jenis tanah dan dosis fungi mikoriza arbuskular pada tanaman kedelai terhadap sifat kimia tanah. Jurnal Agrista, 17(3), 103-110.

Nusantara, A. D., Bertham, Y. H., & Mansur, I. (2012). Bekerja dengan fungi mikoriza arbuskula. Bogor: Seameo Biotrop.. pp 2-3.

Pangaribuan, N. (2014). Penjaringan cendawan mikoriza arbuskula indigenous dari lahan penanaman kenikir dan kacang kedelai pada gambut Kalimantan Barat. Jurnal Agro, 1(1), 50-60.

Pratiwi, M. A., Hifnalisa, H., & Fikrinda, F. (2022). Pengaruh media perbanyakan berbasis bahan organik terhadap produksi inokulan fungi mikoriza arbuskula. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 7(2), 696-704. https://doi.org/10.17969/jimfp.v7i2.20127.

Prihastuti. (2007). Isolasi dan karakterisasi mikoriza vesikular-arbuskular di lahan kering masam, Lampung Tengah. Berk. Penel. Hayati, 12, 99-106. DOI:10.23869/bphjbr.12.2.20074.

Pulungan, A. S. S. (2013). Infeksi fungi mikoriza arbuskula pada akar tanaman tebu (Saccharum officinarum L.). J. Biosains Unimed, 1(1), 43-46.

Rahmawati, R., Putir, P. E., Damiri, M., Tanduh, Y., & Nursiah, N. (2020). Keragaman fungi mikoriza arbuskula (FMA) di lahan gambut konversi hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit. Jurnal Hutan Tropika, 15(1), 8-19.

Sasli, I., & Ruliansyah, A. (2012). Pemanfaatan mikoriza arbuskula spesifik lokasi untuk efisiensi pemupukan pada tanaman kenikir di lahan gambut tropis. Agrovigor, 5(2), 65-74. DOI:10.21107/AGROVIGOR. V5I2.310.

Siddiqui, Z. A., & Pichtel, J. (2008). Mycorrhizae: an overview. Mycorrhizae: Sustainable Agriculture and Forestry. 1-36. DOI:10.1007/978-1-4020-8770-7_1.

Sinaga, M. I. A. H., Guchi, H., & Lubis, A. (2015). Hubungan ketinggian tempat dan C-organik tanah dengan infeksi FAM pada perakaran tanaman kopi (Coffea sp.) di Kabupaten Dairi. Jurnal Agroekoteknologi, 3(4), 1575–1584.

Sorondanya, N. M., Peday, H. F. Z., & Runtuboi, Y. Y. (2021). Tipe dan penyebaran ekosistem hutan di Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Jurnal Kehutanan Papuasia, 7(1), 99-120. DOI:10.46703/JURNALPAPUA SIA.VOL7.ISS1.241.

Suharno, Sancayaningsih, R. P., Suetarto, E. S., & Kasiamdari, R. S. (2014). Keberadaan fungi mikoriza arbuskula di kawasan tailing tambang emas Timika sebagai upaya rehabilitasi lahan ramah lingkungan. J. Manusia dan Lingkungan, 21(3), 295-303. DOI:10.22146/JML.18556.

Sulaeman, Suparto, & Eviati. (2005). Analisis kimia tanah, tanaman, air, dan pupuk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Agro Inovasi.

Sulfiah, S., Sukarno, N., & Funawan, A. W. (2021). Pembersihan isi sel akar dan jenis warna tinta untuk deteksi cendawan mikoriza arbuskula. Jurnal Sumberdaya Hayati, 7(1), 36-40. DOI:10.29244/jsdh.7.1.36-40.

Suryati, T. (2017). Studi fungi mikoriza arbuskula di lahan pasca tambang timah Kabupaten Bangka Tengah. Jurnal Teknologi Lingkungan, 18(1), 45-53.

Suwarniati. (2014). Pengaruh FMA dan pupuk organik terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan bunga matahari (Helianthus annuus L.) pada lahan kritis. Jurnal Biotik, 2(1), 58-69. DOI:10.22373/BIOTIK.V2I1.236.

Talanca, H. (2010). Status cendawan mikoriza vesikular-arbuskular (MVA) pada tanaman. Prosiding Pekan Serealia Nasional. ISSN: 978-979-89-40-29-3.

Talbot, J. M., Allison, S. D., & Treseder, K. K. (2008). Decomposers in disguise: mycorrhizal fungi as regulators of soil c dynamics in ecosystems under global change. Funct. Ecol. 22 : 955-963. doi: http://dx.doi.org/10.1111/j.1365-2435.2008.01402.x.

Tata, M. H. L. (2013). Peran mikoriza sebagai penyedia jasa ekosistem dalam pembangunan kehutanan. Orasi Karya Ilmiah P3KR, 113-136.

Thomas Jr., H. A. (1942). Bacterial densities from fermentation tube tests. Journal - American Water Works Association, 34(4), 572 - 576. doi: 10.1002/j.1551-8833.1942.tb19721.x

Ura, R., Tambaru, E., & Paembonan, S. A. (2016). Simbiosis fungi mikoriza arbuskula Glomus pada beberapa pohon hutan kota UNHAS Makassar. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016. 510-517.

Verbruggen, E., Pena, R., Fernandez, C. W., & Soong, J. L. (2017). Mycorrhizal interactions with saprotrophs and impact on soil carbon storage. Mycorrhizal Mediation of Ecosystem Carbon Fluxes and Soil Carbon Storage. 441-460. DOI: 10.1016/B978-0-12-804312-7.00024-3.

Downloads

Published

2023-03-27

How to Cite

Muslimin, S. H. H., Syib’li, M. A. ., & Sektiono, A. W. . (2023). UJI NILAI PROPAGUL JAMUR ARBUSKULA MIKORIZA INDIGENOUS TANAH HUTAN CANGAR DAN HUBUNGANNYA DENGAN C-ORGANIK, P TOTAL DAN P TERSEDIA TANAH: PROPAGULE VALUE TEST OF INDIGENOUS ARBUSCULAR MYCORRHIZAL FUNGUS IN CANGAR FOREST AND ITS RELATIONSHIP WITH C-ORGANIC, TOTAL P, AND SOIL AVAILABLE P. Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan), 11(1), 42–54. https://doi.org/10.21776/ub.jurnalhpt.2023.011.1.5

Issue

Section

Articles

Most read articles by the same author(s)